Archive for Artikel Tambang

Permen 33/2006 Tentang CBM Segera Dirombak


http://www.majalahtambang.com, 18 Juni 2008

Cadangan minyak dan gas bumi semakin menipis. Saat bersamaan, harga bahan bakar minyak terus melonjak. Mengatasi kesulitan itu, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akan mengembangkan energi baru, yakni coal bed methane (CBM) atau gas metana batu bara.

Pemerintah akan merombak aturan-aturan mengenai pengembangan CBM (coal bed methane) di Indonesia yang terangkum dalam Permen No 33/2006. Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro mengatakan, ada dua masalah yang menjadi fokus utama. Kedua masalah itu adalah tumpang tindih antara lahan pertambangan batubara dengan CBM dan masalah bagi hasil (split).

“Pemerintah menyadari beberapa isu seperti tumpang tindih antara konsesi migas dengan pertambangan dan bagi hasil. Dari rapat tadi diputuskan dibentuk tim kecil untuk merapatkannya dengan seluruh stakeholder, masukkannya seperti apa,” katanya disela-sela diskusi mengenai CBM di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, Selasa, 17 Juni 2008 malam.

CBM merupakan gas methane yang terperangkap dalam lapisan batubara. Melalui Permen No 33/2006 diputuskan pengembangan CBM diperlakukan seperti rejim migas, bukan batubara. Dalam Permen tersebut, jika terdapat tumpang tindih, maka pengembang yang baru harus meminta izin kepada pengembang lama yang sudah beroperasi di lokasi tersebut.

Menanggapi hal ini, Dirjen Minerbapabum Simon F. Sembiring mengakui banyak perusahaan pengembang konsesi yang memanfaatkan aturan itu sehingga memperlambat persetujuan. “Minta izin sih minta izin, tapi masa sampai minta saham kosong segala. Sudah nggak bener itu, makanya mau kita ubah harganya,” kata Simon di acara yang sama. Baca entri selengkapnya »

Leave a comment »

Bijih Besi

Pendahuluan

Besi merupakan logam kedua yang paling banyak di bumi ini. Karakter dari endapan besi ini bisa berupa endapan logam yang berdiri sendiri namun seringkali ditemukan berasosiasi dengan mineral logam lainnya. Kadang besi terdapat sebagai kandungan logam tanah (residual), namun jarang yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Endapan besi yang ekonomis umumnya berupa Magnetite, Hematite, Limonite dan Siderite. Kadang kala dapat berupa mineral: Pyrite, Pyrhotite, Marcasite, dan Chamosite.

Beberapa jenis genesa dan endapan yang memungkinkan endapan besi bernilai ekonomis antara lain :

1. Magmatik: Magnetite dan Titaniferous Magnetite

2. Metasomatik kontak: Magnetite dan Specularite

3. Pergantian/replacement: Magnetite dan Hematite

4. Sedimentasi/placer: Hematite, Limonite, dan Siderite

5. Konsentrasi mekanik dan residual: Hematite, Magnetite dan Limonite

6. Oksidasi: Limonite dan Hematite

7. Letusan Gunung Api

Dari mineral-mineral bijih besi, magnetit adalah mineral dengan kandungan Fe paling tinggi, tetapi terdapat dalam jumlah kecil. Sementara hematit merupakan mineral bijih utama yang dibutuhkan dalam industri besi. Mineral-mineral pembawa besi dengan nilai ekonomis dengan susunan kimia, kandungan Fe dan klasifikasi komersil dapat dilihat pada Tabel dibawah ini:

Tabel mineral-mineral bijih besi bernilai ekonomis

Mineral

Susunan kimia

Kandungan Fe (%)

Klasifikasi komersil

Magnetit

FeO, Fe2O3

72,4

Magnetik atau bijih hitam

Hematit

Fe2O3

70,0

Bijih merah

Limonit

Fe2O3.nH2O

59 – 63

Bijih coklat

Siderit

FeCO3

48,2

Spathic, black band, clay ironstone

Sumber : Iron & Ferroalloy Metals in (ed) M. L. Jensen & A. M. Bafeman, 1981; Economic Mineral Deposits, P. 392.

Besi primer ( ore deposits )

Proses terjadinya cebakan bahan galian bijih besi berhubungan erat dengan adanya peristiwa tektonik pra-mineralisasi. Akibat peristiwa tektonik, terbentuklah struktur sesar, struktur sesar ini merupakan zona lemah yang memungkinkan terjadinya magmatisme, yaitu intrusi magma menerobos batuan tua. Akibat adanya kontak magmatik ini, terjadilah proses rekristalisasi, alterasi, mineralisasi, dan penggantian (replacement) pada bagian kontak magma dengan batuan yang diterobosnya. Baca entri selengkapnya »

Comments (19) »

TATA CARA EKSPLORASI

Pada dasarnya, kegiatan penyelidikan cebakan mineral dilakukan secara bertahap. Tahapan kegiatan ini dilakukan terutama dikaitkan dengan sasaran yang akan dicapai, seperti besarnya anggaran awal yang cukup besar, dan lain-lain. Secara umum tahapan tersebut dituangkan dalam tatacara eksplorasi dan tahapan eksplorasi.

Kegiatan sebelum pekerjaan lapangan
Kegiatan sebelum pekerjaan lapangan ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai prospek cebakan mineral. Kegiatan ini meliputi studi literatur dan penginderaan jarak jauh. Penyediaan peralatan antara lain peta topografi, peta geologi, alat pemboran inti, alat ukur topografi, palu dan kompas geologi, loupe, magnetic pen, GPS, pita ukur, kamera, alat gali, magnetometer, kappameter dan peralatan geofisika, Alat tulis, tas lapangan, dan kantong sample, cangkul, linggis, balincong, parang serta alat pendukung lainnya.

Kegiatan Pekerjaan Lapangan

Kegiatan pekerjaan lapangan yang dilakukan adalah penyelidikan geologi meliputi pemetaan; pembuatan paritan dan sumur uji, pengukuran topografi, survey geofisika dan pemboran inti.


Kegiatan setelah pekerjaan lapangan

Kegiatan setelah pekerjaan lapangan yang dilakukan antara lain

* Analisis Laboratorium (meliputi analisis kimia dan fisika)

* Pengolahan Data

* Penentuan Sumber Daya dan Cadangan

* Pembuatan laporaN

Rangkaian eksplorasi dan pelaporan

Dalam melakukan eksplorasi sumberdaya alam (logam, nonlogam dan bahan galian industri), terdapat beberapa rangkaian kegiatan eksplorasi yang dapat digunakan untuk mendapatkan data pendukung sebagai input guna mendapatkan hasil dari daerah prospek dan cadangan.

Adapun rangkaian kegiatan eksplorasi meliputi pemetaan geologi, pengukuran topografi, dan pengukuran geofisika (geomagnet dan geolistrik dipole-dipole).

1. Pemetaan Geologi

* Landsat, analisa foto udara, citra landsat, berguna untuk melihat kemungkinan-kemungkinaterdapatnya aspek mineralisasi;

* Mapping, pemetaan geologi permukaan (pemetaan tinjau, semi detail, detail, pengukuran penampang stratigrafi). Daerah yang memiliki fitur sama dengan daerah yang telah ditambang akan memberikan kandungan sumberdaya yang hampir sama;

* sumur uji (Testpit) dan paritan, berguna untuk mendapatkan data-data atau melihat ekstensi litologi batuan secara vertikal.

2. Pengukuran Topografi

Metoda yang digunakan pada pengukuran topografi dipergunakan yaitu poligon tertutup. Peralatan yang digunakan adalah Theodolite (T-0) yang banyak dipergunakan untuk pengukuran di lapangan baik untuk perencanaan bangunan, irigasi, jalan raya, transmigrasi, bendungan, lapangan terbang dan lainnya. Poligon tertutup menggunakan satu titik ikat yang mana merupakan titik pertama juga merupakan titik terakhir dengan membuat titik ikat bantu yang berjarak 50 meter antar titik ikat yang satu dengan yang lainnya baik ke arah depan/belakang dengan spasi 20 meter ke arah samping kiri/kanan dengan tujuan untuk membuat peta grid topografi sehingga mempermudah untuk menentukan lokasi titik test pit, pengambilan conto, dan pengukuran geofisika.

3. Pengukuran Geofisika

Pengukuran geofisika merupakan kegiatan yang dilakukan setelah kegiatan pengukuran topografi dan pemetaan geologi. Metoda pengukuran geofisika yang dilakukan terdiri dari dua metoda yaitu geomagnet dan geolistrik.

Pengukuran geofisika dimaksudkan untuk mendapatkan data dan menentukan model geologi bawah permukaan yang ditampilkan dalam bentuk peta anomali geomagnet, peta anomali geolistrik, penampang geomagnet, dan penampang geolistrik.

a. Geomagnet

Metoda ini didasarkan pada perbedaan tingkat magnetisasi suatu batuan yang diinduksi oleh medan magnet bumi. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya perbedaan sifat kemagnetan suatu material. Kemampuan untuk termagnetisasi tergantung dari susceptibilitas magnetik masing-masing batuan. Harga Susceptibilitas ini sangat penting didalam pencarian benda anomali, karena sifatnya yang sangat khas untuk setiap jenis mineral atau mineral logam. Harganya akan semakin besar bila jumlah kandungan mineral-mineral magnetik pada batuan semakin banyak.

Pengukuran magnetik dilakukan pada lintasan ukur yang tersedia dengan interval antar titik ukur 10 m dan jarak antar lintasan 40 m. Batuan dengan kandungan mineral-mineral tertentu dapat dikenal dengan baik dalam eksplorasi geomagnet, yang dimunculkan sebagai anomali. Anomali yang diperoleh merupakan hasil distorsi pada medan magnetik yang diakibatkan oleh material magnetik dari kerak bumi atau mungkin juga dari bagian atas mantel.

b. Geolistrik (Metoda Resistivity Dipole-Dipole)

Dalam pengukuran geolistrik dilakukan pengukuran di sepanjang lintasan ukur yang telah dibuat sebelumnya oleh tim topografi. Jarak antar titik ukur yaitu 10 m, sedangkan jarak antar lintasan adalah 50 m.

Pengukuran geolistrik bertujuan untuk mengetahui variasi harga tahanan jenis semu batuan bawah permukaan yang mencerminkan adanya perbedaan jenis lapisan batuan.

Bila arus listrik diinjeksikan ke dalam bumi melalui dua buah elektroda arus, kemudian diukur peda potensial yang ditimbulkan oleh adanya injeksi arus tersebut pada dua buah elektroda potensial, maka akan diperoleh harga tahanan jenis semu berdasarkan susunan elektroda dipole-dipole.

Nilai resistivitas yang dihitung bukanlah nilai resistivitas bawah permukaan yang sebenarnya, namun merupakan nilai semu yang merupakan resistivitas dari bumi yang dianggap homogen yang memberikan nilai resistansi yang sama untuk susunan elektroda yang sama. Hubungan antara resistivitas semu dan resistivitas sebenarnya sangat komplek (Loke, 2000), sehingga untuk menentukan nilai resistivitas bawah permukaan yang sebenarnya diperlukan perhitungan secara inversi dengan menggunakan bantuan komputer.

Harga tahanan jenis semu yang terukur dipengaruhi oleh adanya perbedaan harga tahanan jenis masing-masing lapisan batuan bawah permukaan.

Untuk mengukur variasi harga resistivitas semu (tahanan jenis semu) perlapisan batuan di bawah permukaan bumi dengan menggunakan metoda dipole-dipole, maka dilakukan penempatan sepasang elektroda arus ( A dan B ) dan sepasang elektroda potensial ( M dan N) di permukaan bumi pada satu garis lurus, dimana untuk elektroda-elektroda arus A dan B diletakkan berdekatan demikian juga elektroda-elektroda potensia M dan N.

Pelaporan

Hasil dari penyelidikan semua tahapan eksplorasi dituangkan dalam sebuah laporan akhir penyelidikan. Pembuatan laporan ini merupakan kegiatan terakhir seluruh pekerjaan eksplorasi yang berisi uraian teknis dan non-teknis. Laporan terdiri dari bab–bab yang berisi Pendahuluan, Kegiatan penyelidikan, Hasil Penyelidikan dan Kesimpulan. Laporan dilengkapi dengan sari, daftar isi, daftar gambar, daftar foto, daftar tabel dan lampiran, serta daftar pustaka.

Leave a comment »

Teknologi Gasifikasi Batubara

Oleh ; Agus Sugiyono

Peneliti BPP Teknologi

Sumber energi di Indonesia ditandai dengan keterbatasan cadangan minyak bumi, cadangan gas alam yang mencukupi serta cadangan batubara yang melimpah. Sumber daya energi batubara diperkirakan sebesar 36.5 milyar ton, dengan sekitar 5.1 milyar ton dikategorikan sebagai cadangan terukur. Sumber daya ini sebagian besar berada di Kalimantan yaitu sebesar 61 %, di Sumatera sebesar 38 % dan sisanya tersebar di wilayah lain. Menurut jenisnya dapat dibagi menjadi lignite sebesar 58.6 %, sub-bituminousbituminous sebesar 14.4 % dan sisanya sebesar 0.4 % adalah anthracite. Produksi batubara pada tahun 1995 mencapai sebesar 44 juta ton. Sekitar 33 juta ton dieksport dan sisanya sebesar 11 juta ton untuk konsumsi dalam negeri. Dari jumlah 11 juta ton tersebut 60 % atau sekitar 6.5 juta ton digunakan untuk pembangkit listrik, 30 % untuk industri semen dan sisanya digunakan untuk rumah tangga dan industri kecil. sebesar 26.6 %,

Selama sepuluh tahun terakhir ini penggunaan batubara dalam negeri terus mengalami pertumbuhan sejalan dengan pertumbuhan perekonomian dan industrialisasi. Sektor tenaga listrik merupakan sektor yang mengkonsumsi batubara paling besar. Saat ini sekitar 30 % dari total pembangkitan menggunaan bahan bakar batubara. Diperkirakan konsumsi batubara untuk pembangkit listrik akan mencapai dua kali lipat pada awal abat 21. Baca entri selengkapnya »

Comments (3) »